Sabtu, 14 Februari 2015

JAGUNG, MAKANAN YANG TAK PERNAH SEPI PEMINAT

"CORN, food that never quiet enthusiasts"

Yah, panganan yang satu ini sadar atau tidak selalu ada di sekitar kita, bahkan hampir sepanjang tahun kita bisa menjumpai jenis bahan makanan ini seolah-olah tanpa musim. Dari pasar-pasar tradisional sampai pasar-pasar modern kita bisa menjumpai olahan makanan yang bahan dasarnya dari tanaman yang satu ini. Jagung ini dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan, dari yang sedehana seperti jagung bakar atau rebus sampai olahan-olahan yang terbuat dari tepung jagung ini. Kita pun dapat dengan mudah menjumpai jenis makanan ini, dari lereng gunung sampai ke bioskop-bioskop yang biasa disajikan dalam bentuk popcorn.



Di Dompu sendiri, ada beberapa jenis jagung yang dapat kita jumpai. Yang pertama jenis jagung paling tua yang dikenal petani dompu yaitu “jago leke” atau “jago fare keta”(fare keta = beras ketan) jenis jagung ini di samakan dengan ketan mungkin karena rasa pulennya, masyarakat yang asli dompu yang umurnya 50 sampai 60-an tahun kebanyakan menyukai rasa jagung ini, entah dengan alasan memang menyukai rasanya atau karena memiliki kenangan tersendiri dengan jagung ini. Kedua ada jagung kuning hibrida, atau biasa disebut “Jagung H.Bambang”, nama alias ini diberikan oleh masyarakat karena H.Bambang yang merupakan Bupati Dompu sendiri yang mempolulerkan jagung ini ke petani-petani karena memiliki nilai ekonomi yang lebih di banding “jagung klasi” yang biasa mereka tanam, selain itu juga tersedia pabrik pengolahan jagung untuk mendukung petani-petani jagung ini. Menurut saya sendiri ini adalah langkah yang tepat, karena sebelumnya masyarakat hanya taunya makan jagung muda yg direbus atau di bakar, kalo sudah tua jagungnya hanya di simpan untuk dijadikan benih atau disangrai untuk dijadikan “popcorn traditional” (istilah penulis J ). Yang ketiga ada jagung Sumbawa, ya sesuai namanya, jagung ini asalnya (menurut orang dompu) dari Sumbawa kemudian ditanam dan mulai dikembangkan di dompu, walaupun masih sedikit yang menanamnya, rasanya manis sehingga menggugah kita untuk mampir sekedar menikmati satu atau 2 buah jagung rebus saja walaupun anda tidak akan menolak untuk tambah menjadi 3, 4, 5, atau enam buah jagung rebus J. Yang terakhir yang mulai popular di mulut muda mudi bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak adalah “jagung roti”. Jagung ini ada dua jenis, ada yang kuning ada juga yang putih, kuda-duanya sama manisnya. Jagung jenis ini jauh lebih manis dari jenis lainnya yang beredar di Dompu. Dari semua itu yang terpenting adalah kita harus hati-hati “ngomong” sama teman kita sehabis makan jagung, karena mungkin saja ada yang “nyangkut” di gigi J. Jika anda ingin makan jagung bakar atau rebus, di dompu ada beberapa tempat untuk anda kunjungi, salah satunya di Teka Sire. Di sana selalu tersedia panganan ini, tentu saja bila anda ke sana sebelum malam karena kalo sudah malam dijamin anda akan pulang dengan tangan kosong.


Seiring populernya tanaman ini di mata petani-petani Dompu, ada keuntungan namun tak luput juga dari kerugian. Gunung-gunung yang dulunya hijau oleh hutannya sekarang beralih fungsi menjadi ladang-ladang jagung. Mudah-mudahan kedepan kita bisa lebih bijak lagi dalam menangani masalah ini, dan tentu saja pemerintah daerah harus mendukung untuk mewujudkan kaharmonisan alam ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar